Untuk sementara, gelombang demonstrasi antikenaikan harga
BBM reda, tapi tidak menutup kemungkinan akan ramai lagi, mengingat penaikan
harga BBM masih berstatus tunda. Demonstrasi atau aksi protes pada keputusan
penguasa seperti ini tentutlah merupakan sesuatu yang sah, sebab ia adalah
bagian dari proses demokrasi kita. Mahasiswa adalah pihak yang paling getol
melakukan demonstrasi, sebagai salah satu ekspresi dari peran vitalnya sebagai agent
of change.
Demonstrasi ini menyisakan banyak cerita, mulai penundaan kenaikan harga BBM sampai enam bulan ke depan, hingga aksi anarkistis yang mengakibatkan penahanan beberapa mahasiswa di beberapa daerah. Anarkisme yang selalu mewarnai demonstrasi, rupanya telah melahirkan stigma buruk demonstrasi di mata sebagian masyarakat. Demonstrasi kemudian menjadi aksi yang harus dihindari.
Demonstrasi ini menyisakan banyak cerita, mulai penundaan kenaikan harga BBM sampai enam bulan ke depan, hingga aksi anarkistis yang mengakibatkan penahanan beberapa mahasiswa di beberapa daerah. Anarkisme yang selalu mewarnai demonstrasi, rupanya telah melahirkan stigma buruk demonstrasi di mata sebagian masyarakat. Demonstrasi kemudian menjadi aksi yang harus dihindari.
Berbicara masalah demonstrasi yang anarkistis, tentu tidak bisa dengan serta merta memvonis anarkisme sebagai rumusan paten demonstrasi. Banyak hal yang melatar-belakangi aksi anarkistis tersebut, dan salah satunya ini: penguasa cenderung menutup telinga terhadap aspirasi rakyat, mereka bergeming dengan kemauannya sendiri. Akhirnya para demonstran bertindak anarkis, pagar gedung DPR digoyang, sehingga membuat penguasa kelabakan. Kita tentu belum yakin kenaikan harga BBM akan ditunda jika para demonstran, dalam hal ini mahasiswa, tidak anarkis. Seandainya penguasa mendengarkan aspirasi rakyat, menyediakan ruang-ruang dialog, tentu anarkisme tak akan pernah terjadi. Jadi, siapa sebenarnya yang anarkis?
Mengetahui siapa dan pihak mana yang sebenarnya anarkis tidak begitu penting. Yang terpenting adalah bagaimana setiap keadaan dan peristiwa yang terjadi senantiasa menjadi renungan introspektif bagi masing-masing pihak.
Trend Demonstrasi
Di kalangan kita, mahasiswa, diakui atau tidak, demonstrasi tampak telah menjadi trend. Hal tersebut tentu tak bisa dilepaskan dari keadaan yang semakin materialis-pragmatis, yang mengukur semuanya dengan materi dan pertimbangan untung-rugi. Keadaan ini membuat gerak demonstrasi kita lemah, sporadis dan tidak memiliki daya gigit yang berarti. Demonstrasi kita tampak tidak lagi memiliki sandaran yang kuat. Sebagai trend, makna dan tujuan demonstrasi mudah diputar-balikkan, sehingga pada titik tertentu cenderung melegitimasi praktik anarkistis.
Keadaan ini tentu sangat berbahaya, dan meniscayakan pembenahan dalam banyak hal. Mungkin inilah salah satu alasan tidak sedikitnya mahasiswa yang antipati terhadap aksi demonstrasi, sebab mereka melihat demonstrasi tak lebih dari urak-urakan dan pamer urat syaraf.
Di antara banyak hal yang harus dibenahi pada demonstrasi kita yaitu, pertama, mengacu pada konsep yang jelas. Hal ini sangat bahkan paling penting di antara banyak “perangkat” demonstrasi. Tanpa mengacu pada konsep dan ide yang jelas, maka sebuah demonstrasi sungguh tidak ada gunanya. Konsep yang jelas meliputi alasan mengapa demonstrasi harus dilakukan, apa target yang harus dicapai dan seterusnya. Selain membuang waktu, ketidakjelasan konsep hanya akan membuat sebuah demonstrasi itu mudah ditunggangi oleh kekuatan kelompok tertentu, dan tidak menutup kemungkinan berakhir dengan tindakan anarkistis.
Betapa banyak kita mendengar mahasiswa yang ikut aksi demonstrasi demi mendapat sesuap nasi. Yang ia lakukan hanya mengikuti arus dan tidak bisa mempertanggungjawabkan tindakannya itu. Mahasiswa yang baik dan punya misi, tentu tidak akan sudi bertindak bodoh seperti itu, sebab hal yang demikian itu hanya akan mengubur kreativitas nalar kritis kita. Kasus lain, ada seorang mahasiswa berdemonstrasi demi sebuah eksistensi dan gengsi. Jika ini yang terjadi, maka perubahan macam apa yang akan diperjuangkan mahasiswa?
Kedua, murni untuk rakyat. Konsep atau ide saja tidaklah
cukup, sebab sebuah konsep atau ide bisa diusahakan, yang berarti pula bisa
dibuat-buat, demi kepentingan kelompok tertentu. Mahasiswa sebagai agent of
change, kepanjangan lidah rakyat, haruslah menancapkan semangat perjuangan
untuk rakyat dalam hati tanpa kompromi. Di sinilah ketahanan idealisme
mahasiswa benar-benar diuji.
Ketiga, tidak
mengganggu ketertiban umum. Arak-arakan bermotor dengan bunyi yang sengaja
dinyaringkan, berjubel di jalan-jalan umum sehingga menyebabkan kemacetan,
bukanlah ekspresi demonstrasi yang diharapkan. Alih-alih memperjuangkan
aspirasi rakyat, yang ada hayalah meresahkan rakyat. Termasuk di sini pula
larang bertindak anarkis, kecuali pada waktu-waktu sangat darurat yang menuntut
untuk itu. Demokrasi hendaknya tidak dipandang sebagai trend, tapi sebagai
ajang memperjuangkan aspirasi-aspirasi luhur.
No comments:
Post a Comment