Bagaimana mungkin seorang anak miskin pedalaman bisa
menempuh sekolah di Amerika? Seorang penderita leukimia mendjadi dokter? Orang
cacat menjadi sarjana? Bagaiamana bisa orang-orang itu menembus batas? Setelah
ditelusuri secara mendalam pada buku ini, ada satu rahasia penting yang menjadi
resep ampuh orang-orang istimewa itu: tidak menyerah.
Sebanyak 13 cerita dalam buku ini yang siap menginspirasi
para pembacanya; ceirta-cerita dari orang-orang yang didera keterbatasan dalam
hidupnya, baik keterbatasah harta, fisik dan lainnya. Inilah buku penggugah
jiwa yang mudah kalut karena keterbatasan. Orang-orang istimewa dalam buku ini
telah membuktikan bahwa keterbatasan itu adalah tantangan yang harus dilawan,
bukan malah diratapi. Keterbatasan bagi mereka bukanlah alasan untuk tidak
maju, justru ia merupakan peluang untuk meraih mimpi-mimpi.
Buku seri man jadda wajada ini, yang diawali dengan
prolog A. Fuadi (penulis trilogi Negeri 5 Menara), ingin menunjukkan
bahwa tak ada keterbatasan yang tak bisa ditaklukkan, banyak jalan untuk bisa
menembus batas-batas itu. Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah tidak akan memberi
cobaan pada seseorang di luar batas kemampuannya. Jadi benarlah bahwa
keterbatasan itu adalah tantangan yang harus diterjang.
Semangat untuk tidak menyerah harus didukung dengan kerja
yang keras, melebihkan usaha di atas rata (going the extra miles),
keyakinan yang kokoh, tawakal, dan doa. Jalan perjuangan mewujudkan mimpi
memang selalu terjal dan penuh liku. Tapi barang siapa yang tetap bertahan,
maka pada akhirnya ia akan mendapatkan kemenangan. Allah tak akan
menyia-nyiakan hambanya yang bersungguh-sungguh. Hampir semua orang sukses
harus jatuh bangun pada mulanya, sebab jatuh bangun itu adalah jalan
pematangan.
Taruhlah cerita Bernando J. Sujibto, Dari Sumenep ke
Kolombia. Sujibto adalah anak petani miskin di pedalaman Madura, tapi
semangatnya untuk maju sangat tinggi. Sejak ia nyantri di pondok
pesantren Annuqayah Sumenep, ia mulai menghitung bintang dan merangkai mimpinya.
Yang menarik, mimpi itu muncul secara kuat bukan pada saat kondisinya yang
serba kecukupan, melainkan sebaliknya yaitu dari kondisi yang serba kekurangan.
Sang ibu yang rajin mengirimnya ke pondok, bersusah payah memanggul bekal
anaknya, berkeringat, pemandangan itu membakar semangat Sujibto untuk
mewujudkan mimpinya mati-matian.
Kiriman dari orang tua yang sangat minim dan seringkali
tidak cukup untuk sekadar memenuh kebutuhan pokok, membuat Sujibto memutar
otak. Ia tak mau menyerah pada keadaan yang sulit tersebut, hingga akhirnya ia
menjadi agen penjual nasi bungkus untuk para santri. Ia rajin membaca, menulis
dan berdiskusi. berIkat usahanya yang gigih, suatu ketika tulisannya dimuat
majalah Annida, Sahabat Pena, dan Horison. Waktu demi waktu
dilaluinya dengan melebihkan usaha dan kesabaran, hingga ia hijrah ke
Yogyakarta dan tercatat sebagai mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, sampai melanglang
buana ke University of South Carolina, Amerika Serikat.
Temukan pula inspirasi pada Menjadi “Vampir” yang
ditulis oleh Rahmatika Choiria, seorang gadis tegar yang selalu tampak pucat
karena derita talasemia; pada cerita J. Sumardianta, seorang guru produktif dari
Yogyakarta yang dibayang-bayangi ancaman kebutaan total; pada cerita ketegaran
Shanum, seorang dokter penderita leukimia yang ditinggal orang-orang terkasihnya,
namun tak penah berputus asa; dan pada cerita-cerita lainnya yang semuanya luar
biasa.
Hidup adalah anugerah yang sangat besar yang harus
disyukuri, dan mimpi adalah sesuatu yang wajib dibela. Hanya mimpilah yang akan
membuat kita melaju cepat menembus batas-batas, menuju masa depan baru yang
menjanjikan. Kemampuan untuk bermimpi, berusaha dan berdoa adalah anugerah
Tuhan yang membedakan manusia dengan binatang.
Buku ini menunjukkan betapa banyak alasan untuk menyerah
pada nasib, tapi satu hal yang yang tak boleh dilupakan, yaitu semangat untuk
tidak menyerah. Memang ada masa mengeluh, masa malas, dan masa memprotes Tuhan.
Tapi, berpengharapan, kerja keras dan doalah yang akan mencairkan segala
kebuntuan. Penyakit yang paling berbahaya bukanlah leukimia ataupun talasemia,
melainkan penyakit putus asa akut.
Secara umum buku ini menarik untuk diikuti, cerita-ceritanya
sungguh menggugah dan dianggit dalam bahasa yang renyah. Namun, kesamaan drama
pada setiap cerita membuat buku ini sedikit menjenuhkan.
__________
Judul Buku: Berjalan Menembus Batas
Penulis: A. Fuadi, dkk.
Penerbit: Bentang, Yogyakarta
Cetakan: Pertama, 2012
Tebal: xvi + 169 halaman
ISBN: 978-602-8811-62-0
No comments:
Post a Comment