Diakui atau tidak, perjuangan kesetaraan gender selama ini
lebih terasa hasilnya di kota-kota besar, tetapi hampir tidak menyentuh
kehidupan perempuan-perempuan di daerah pinggiran. Perempuan kota telah berjibaku
dengan masalah publik, sementara perempuan pinggiran masih belum jauh dari
dapur, sumur dan kasur. Kenyataan ini menyiratkan adanya ketimpangan dalam
perjuangan kesetaraan gender.
Hampir tidak ada perempuan pinggiran yang menjadi pioner
bagi perjuangan membela kesejahteraan rakyat. Para wakil rakyat perempuan yang
berpartisipasi di parlemen, hampir semuanya dari kalangan perempuan elit yang
berasal dari kota metropolitan. Perempuan pinggiran tampak selalu udik, miskin
prestasi dan merekalah sebenarnya yang paling banyak mengalami kekerasan, baik
dalam keluarga maupun dalam lingkungan masyaraktnya.